Rabu, 02 September 2015

Malam

Ombak api dan selimut hitam.
Kala sang angkuh menghilang.
Pasir cahaya bermunculan.
Dan digantinya dengan rembulan.
Diiringi secercah cahaya.
Lembut nan hangatkan hati.

Kabut basah selimuti.
Dunia yang kelam.
Penuh ketamakan.
Dan kebencian menghujam.
Jiwa-jiwa yang buta.
Hati yang menghitam.

Hanya segelintir.
Yang menatap rembulan.
Cahaya penerang dan penyejuk.
Bagi yang tersesat di jalanan.
Dalam perjalanan panjang.
Melalui gelapnya malam.

Selasa, 01 September 2015

Mendung

Dibalik jendela ini...
Kosong, hampa, kusam...
Pisau angin menyayat hati...
Kata yang sulit tertebak...

Kawan...
Mengapa kau seolah bingung...
Takut menghadapi kecemasanmu...
Dibawah air yang terbakar...

Mendung...
Taukah kau keluhannya...
Keluhan kecil...
Yang dibesar-besarkan...

Takdir

Ketakpahaman pada kehidupan.
Menyangkal mengelak, semua tetap sama.
Bukan berarti yang dianggap hitam itu buruk .
Dan bukan berarti yang dianggap putih itu baik.
Tuhan selalu memberikan yang terbaik.
Hanya kita terlalu naif untuk mengakuinya.

Takdir pasti telah ditulis.
Dan di langit terukir jelas.
Ketentuan Tuhan pasti telah ditetapkan.
Detik ini, esok, lusa, hingga akhir kehidupan.
Apakah kita berbuat sesuai yang dituliskan?
Dan hanya bertindak sebagai pemeran.
Yang mengikuti alurnya cerita.

Ataukah berbuat atas dasar diri sendiri?
Bergerak dengan pikiran, berkata dengan hati.
Dan berkehendak dengan mimpi.
Setiap takdir akan menuju takdir.
Akal menuntun bertindak.
Bagaimana menjalani takdir.
Menuju takdir yang dikehendaki.